Masyarakat Hulu Sungai Selatan selain memiliki sejumlah kesenian rakyat
baik berupa seni pertunjukan, upacara adat dan kerajinan, juga memiliki
seni beladiri tradisional. Seni beladiri tradisional yang paling
terkenal di Hulu Sungai Selatan adalah Kuntau. Kuntau saat ini masih
hidup dan berkembang dengan pesat di HSS, hampir di seluruh kampung
terdapat perguruan dan pendekar-pendekar Kuntau.
" Di
kampung-kampung di HSS, Kuntau sudah umum diajarkan. Kuntau diajarkan di
dekat langgar atau halaman pondok pesantren kepada anak-anak pengajian
dan santri sebagai selingan dan daya tarik. Disamping itu berkembang
pula seni beladiri lainnya seperti silat, karate, dll. Saat ini kuntau
termasuk sebagai salah satu khazanah silat tradisi yang ada di Nusantara," tutur Aliman Syahrani, budayawan HSS.
Menurut Aliman, jurus-jurus
kuntau bisa dibawakan secara tunggal maupun berpasangan. Dilihat dari
aspek gerakan dan bentuk jurus-jurusnya yang lebih banyak menggunakan
pukulan tangan dan teknik kuncian, kuntau lebih efektif untuk
perkelahian jarak dekat. " Dalam kuntau diajarkan pula jurus-jurus
menggunakan berbagai macam senjata, seperti trisula, parang, tongkat,
atau toya, dll. Namun pada seni beladiri kuntau ini yang dipertandingkan
hanya untuk kategori jurus bunga atau untuk pembuka, baik tunggal
maupun berpasangan dengan sebuah barasuk," ujar penulis Novel Palas ini.
Menurut sejarahnya, kuntau berasal dari seni bela diri aliran kungfu
asal negri China yang disebut kungtao. Dalam perkembangannya, seni
beladiri kungtao yang berkembang di Tanah Banjar dan di Hulu Sungai
Selatan khususnya diberi nama kuntau.
Kuntau yang ada di HSS ujar
Aliman, memiliki beberapa alitan, ada kuntau bayang, kuntau jagau,
kuntau sinding, dan kuntau harimau. Beberapa tahapan gerakan dalam jurus
kuntau dimulai dengan jurus bunga atau jurus pembuka, jurus sauh dan
jurus sauh bandung. Seni beladiri kuntau ini selain untuk pertahanan
diri, juga dilaksanakan dalam rangka meramaikan upacara perkawinan atau
acara-acara keramaian lainnya.
Pelatih atau pengajar dalam kuntau dipannggil dengan guru. Beberapa perguruan kuntau di HSS yang saat ini masih aktif
mengajarkan kuntau dengan alirannya adalah perguruan Singa Jaya di Desa
Ulin dengan Guru Mulyadi. Singa Mas diasuh oleh Guru Alik. Purbayaksa
di Muara Banta dengan pelatih Guru Jali. Tapak Jurus di Desa Pahampangan
diajarkan oleh Guru Riri. Jasa Dati Di Loklua dilatih oleh Guru H
Nasrum.
Semua perguruan kuntau dengan berbagai alirannya yang ada di Kandangan
saat ini boleh dikatakan berasal dari sumber perguruan dan guru yang
sama, yaitu dari perguruan Jasa datu. Ada cerita singkat tentang
perguruan kuntau yang satu ini. Ilmu kuntau yang diajarkan dalam
perguruan ini awalnya diperkenalkan dan diajarkan oleh Guru Jambrah asal
Desa Bamban, Kecamatan Angkinang, HSS.
Pada masa mudanya, Guru
Jambrah mengembara ke daerah Sumatera untuk menimba ilmu beladiri yang
kelak setelah ia kembali ke tanah Banjar
dinamakan dengan kuntau. Setelah sekian tahun mengembara dan menimba
ilmu beladiri dengan sejumlah maha guru asal China di daerah Sumatera,
Guru Jambrah kembali ke banua.
Sesampainya di HSS, tepatnya di Kandangan, Guru Jambrah membuka perguruan kuntau dengan memiliki beberapa murid utama yaitu Anci, Salum, Dali, Tutung, dan Ujal. Setelah sekian lama mengajarkan ilmunya, Guru Jambrah
berinisiatif mendirikan sebuah perkumpulan kuntau yang memiliki nama
perguruan secara resmi. Bersama murid-murid utamanya yang kala itu sudah
menjadi pendekar kuntau mumpuni di seantero Hulu Sungai, maka
dipilihlah Jasa Datu sebagai nama resmi perguruan. Pemilihan nama tersebut dirasa tepat karena selain memiliki makna yang sangat
dalam dan sedikit berbau magis, tetapi juga merupakan sinonim dari nama
murid utamanya termasuk nama Guru Jambrah sendiri. Yakni Ja (Jambrah),
Sa (Salum), Da (Dali), T(Tutung), U(Ujal). Bila dibaca maka jadilah JASA
DATU.
Dari perguruan Jasa Datu inilah kemudian menyebar sejumlah
perguruan lain yang juga mengajarkan kuntau. Di perguruan yang baru
tersebut kunbtau mengalami perkembangan gerakan dan kaidah-kaidah jurus
dibeberapa bagian, sehingga kuntau yang ada sampai saat ini di HSS
terbagi menjadi aliran meskipun sebenarnya memiliki sumber dari guru
yang sama.
Para pendekar kuntau yang sudah melanglang buana di
jagat panguntawan di HSS dan Kalsel adalah Amat Until dari Desa Jambu.
Lalu ada Amat Ancilung dari Desa Jambu. Hamli dari Bilui. Jali dari
Muara banta. H Salam dari Kandangan. Dani dari Asam cangkuk. Iyus dari
Palntingan. H Mursidi atau Didi sate dari Pulau Bnagara. Burhan dari
Tabihi Lajar. Aziz dari Patigan. Malim dari Sungai Paring. Mulyadi dari
Ulan. Riri dari Pahampangan. Kemudian ada Alik dan ratusan pendekar
digjaya lainnya yang tersebar diseluruh pelosok HSS.
Pada
Festival Seni Pencak Silat tradisi kuntau tanggal 26 dan 27 Oktober 2012
di kandangan tadi, lebih dari seratus pendekar kuntau menggelontor
beradu kebolehan, berlomba memperagakan jurus-jurus maut dan
teknik-teknik tingkat tinggi dari ilmu beladiri kuntau, yang hanya bisa
dilakukan oleh mereka yang telah melalui latihan keras dan disiplin yang
ketat.
Sejumlah pendekar sepuh dan maha guru kuntau juga turun gunung menghadiri acara yang diawaki oleh Sanggar Seni Arjuna Singakarsa dari Pandai Kandangan tersebut, yang sudah kali kedua setelah tahun 2010 lalu, dan rencananya akan diagendakan secara rutin sebagai kegiatan tahunan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata HSS.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar