Kamis, 21 November 2013

KUNTAU MASIH TETAP LESTARI

    Masyarakat Hulu Sungai Selatan selain memiliki sejumlah kesenian rakyat baik berupa seni pertunjukan, upacara adat dan kerajinan, juga memiliki seni beladiri tradisional. Seni beladiri tradisional yang paling terkenal di Hulu Sungai Selatan adalah Kuntau. Kuntau saat ini masih hidup dan berkembang dengan pesat  di HSS, hampir di seluruh kampung terdapat perguruan dan pendekar-pendekar Kuntau.
    " Di kampung-kampung di HSS, Kuntau sudah umum diajarkan. Kuntau diajarkan di dekat langgar atau halaman pondok pesantren kepada anak-anak pengajian dan santri sebagai selingan dan daya tarik. Disamping itu berkembang pula seni beladiri lainnya seperti silat, karate, dll. Saat ini kuntau termasuk sebagai salah satu khazanah silat tradisi yang ada di Nusantara," tutur Aliman Syahrani, budayawan HSS.
    Menurut Aliman, jurus-jurus kuntau bisa dibawakan secara tunggal maupun berpasangan. Dilihat dari aspek gerakan dan bentuk jurus-jurusnya yang lebih banyak menggunakan pukulan tangan dan teknik kuncian, kuntau lebih efektif untuk perkelahian jarak dekat. " Dalam kuntau diajarkan pula jurus-jurus menggunakan berbagai macam senjata, seperti trisula, parang, tongkat, atau toya, dll. Namun pada seni beladiri kuntau ini yang dipertandingkan hanya untuk kategori jurus bunga atau untuk pembuka, baik tunggal maupun berpasangan dengan sebuah barasuk," ujar penulis Novel Palas ini.
    Menurut sejarahnya, kuntau berasal dari seni bela diri aliran kungfu asal negri China yang disebut kungtao. Dalam perkembangannya, seni beladiri kungtao yang berkembang di Tanah Banjar dan di Hulu Sungai Selatan khususnya diberi nama kuntau.
    Kuntau yang ada di HSS ujar Aliman, memiliki beberapa alitan, ada kuntau bayang, kuntau jagau, kuntau sinding, dan kuntau harimau. Beberapa tahapan gerakan dalam jurus kuntau dimulai dengan jurus bunga atau jurus pembuka, jurus sauh dan jurus sauh bandung. Seni beladiri kuntau ini selain untuk pertahanan diri, juga dilaksanakan dalam rangka meramaikan upacara perkawinan atau acara-acara keramaian lainnya.
    Pelatih atau pengajar dalam kuntau dipannggil dengan guru. Beberapa perguruan kuntau di HSS yang saat ini masih aktif mengajarkan kuntau dengan alirannya adalah perguruan Singa Jaya di Desa Ulin dengan Guru Mulyadi. Singa Mas diasuh oleh Guru Alik. Purbayaksa di Muara Banta dengan pelatih Guru Jali. Tapak Jurus di Desa Pahampangan diajarkan oleh Guru Riri. Jasa Dati Di Loklua dilatih oleh Guru H Nasrum.
    Semua perguruan kuntau dengan berbagai alirannya yang ada di Kandangan saat ini boleh dikatakan berasal dari sumber perguruan dan guru yang sama, yaitu dari perguruan Jasa datu. Ada cerita singkat tentang perguruan kuntau yang satu ini. Ilmu kuntau yang diajarkan dalam perguruan ini awalnya diperkenalkan dan diajarkan oleh Guru Jambrah asal Desa Bamban, Kecamatan Angkinang, HSS.
    Pada masa mudanya, Guru Jambrah mengembara ke daerah Sumatera untuk menimba ilmu beladiri yang kelak setelah ia kembali ke tanah Banjar dinamakan dengan kuntau. Setelah sekian tahun mengembara dan menimba ilmu beladiri dengan sejumlah maha guru asal China di daerah Sumatera, Guru Jambrah kembali ke banua.
    Sesampainya di HSS, tepatnya di Kandangan, Guru Jambrah membuka perguruan kuntau dengan memiliki beberapa murid utama yaitu Anci, Salum, Dali, Tutung, dan Ujal. Setelah sekian lama mengajarkan ilmunya, Guru Jambrah berinisiatif mendirikan sebuah perkumpulan kuntau yang memiliki nama perguruan secara resmi. Bersama murid-murid utamanya yang kala itu sudah menjadi pendekar kuntau mumpuni di seantero Hulu Sungai, maka dipilihlah Jasa Datu sebagai nama resmi perguruan. Pemilihan nama tersebut dirasa tepat karena selain memiliki makna yang sangat dalam dan sedikit berbau magis, tetapi juga merupakan sinonim dari nama murid utamanya termasuk nama Guru Jambrah sendiri. Yakni Ja (Jambrah), Sa (Salum), Da (Dali), T(Tutung), U(Ujal). Bila dibaca maka jadilah JASA DATU.
    Dari perguruan Jasa Datu inilah kemudian menyebar sejumlah perguruan lain yang juga mengajarkan kuntau. Di perguruan yang baru tersebut kunbtau mengalami perkembangan gerakan dan kaidah-kaidah jurus dibeberapa bagian, sehingga kuntau yang ada sampai saat ini di HSS terbagi menjadi aliran meskipun sebenarnya memiliki sumber dari guru yang sama.
    Para pendekar kuntau yang sudah melanglang buana di jagat panguntawan di HSS dan Kalsel adalah Amat Until dari Desa Jambu. Lalu ada Amat Ancilung dari Desa Jambu. Hamli dari Bilui. Jali dari Muara banta. H Salam dari Kandangan. Dani dari Asam cangkuk. Iyus dari Palntingan. H Mursidi atau Didi sate dari Pulau Bnagara. Burhan dari Tabihi Lajar. Aziz dari Patigan. Malim dari Sungai Paring. Mulyadi dari Ulan. Riri dari Pahampangan. Kemudian ada Alik dan ratusan pendekar digjaya lainnya yang tersebar diseluruh pelosok HSS.
    Pada Festival Seni Pencak Silat tradisi kuntau tanggal 26 dan 27 Oktober 2012 di kandangan tadi, lebih dari seratus pendekar kuntau menggelontor beradu kebolehan, berlomba memperagakan jurus-jurus maut dan teknik-teknik tingkat tinggi dari ilmu beladiri kuntau, yang hanya bisa dilakukan oleh mereka yang telah melalui latihan keras dan disiplin yang ketat.
    Sejumlah pendekar sepuh dan maha guru kuntau juga turun gunung menghadiri acara yang diawaki oleh Sanggar Seni Arjuna Singakarsa dari Pandai Kandangan tersebut, yang sudah kali kedua setelah tahun 2010 lalu, dan rencananya akan diagendakan secara rutin sebagai kegiatan tahunan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata HSS.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar