Menurut
keterangan penyebutan nama kota Kandangan tersebut sudah ada sejak
zaman Kerajaan Banjar. Dari legendanya nama Kandangan terdapat dua versi
yaitu : (a) Versi pertama mengatakan bahwa konon pada zaman
dahulu kala , pada masa Kerajaan Banjar (sebelum Sultan Surianyah) ,
terdapat suatu wilayah (Nagaradaha) yang dijadikan sebagai tempat
pemeliharaan kerbau. Kerbau di Hulu Sungai disebut juga Hadangan. Di
wilayah tersebut banyak terdapat Kandang Kerbau atau Kandang Hadangan.
Kemudian lama – kelamaan daerah tersebut berubah nama menjadi Kandangan;
(b) Versi kedua menceritakan bahwa pada zaman dahulu, masa Kerajaan
Banjar (masa Sultan Suriansyah) terdapat suatu komunitas penduduk yang
memaklumatkan ketidaksetujuan mereka atas kekuasan Patih Lambung
Mangkurat, lalu mereka membuat benteng/ kandang (kandang diartikan pagar
dari kayu/papan yang menunjukkan batas wilayah mereka). Sebutan bagi
orang – orang yang berada di dalam Kandang/ Benteng itu disebut orang –
orang Kandangan . Cerita tersebut merupakan satu legenda pada masa
Kerajaan Banjar.
ID FP: @ [600329713315070:]
(spasi di hilangkan) kalu handak mambagikan, tarima kasih
ID FP: @ [600329713315070:]
(spasi di hilangkan) kalu handak mambagikan, tarima kasih
Khazanah cerita rakyat kandangan, hulu sungai selatan, kalimantan selatan seperti Maharaja sukarama dan raja-raja dari kerajaan negara daha, perebutan tahta pangeran samudera dengan pangeran tumenggung, legenda raja gubang, datu panglima amandit, datung suhit dan datuk makandang, datu singa mas, datu kurba, datu ramanggala di ida manggala, datu rampai dan datu parang di baru sungai raya, datu ulin dan asal mula kampung ulin, datu sangka di papagaran, datu saharaf parincahan, datu putih dan datu karamuji di banyu barau, legenda batu laki dan batu bini di padang batung, legenda gunung batu bangkai loksado, datu ning suriang pati di gambah dalam, legenda datu ayuh sindayuhan dan datu intingan bambang basiwara di loksado, kisah datu ning bulang di hantarukung, datu durabu di kalumpang, datu baritu taun dan datu patinggi di telaga langsat, legenda batu manggu masak mandin tangkaramin di malinau, kisah telaga bidadari datu awang sukma di hamalau, kisah gunung kasiangan di simpur, kisah datu kandangan dan datu kartamina, datu hamawang dan datu balimbur serta sejarah mesjid quba, tumenggung antaludin dan tumenggung mat lima mempertahankan benteng gunung madang, panglima bukhari dan santar dalam perang amuk hantarukung di simpur, datu naga ningkurungan luk sinaga di luk loa, datu singa karsa dan datu ali ahmad di pandai, datu buasan dan datu singa jaya di hampa raya, datu haji muhammad rais di bamban, datu janggar di malutu, datu bagut di hariang, datu abbas dan sejarah mesjid ba angkat di wasah, dakwah penyebaran agama islam datu taniran di angkinang, datu balimau di kalumpang, datu daha, datu kubah dingin, makam habib husin di tengah pasar kandangan, kubur habib ibrahim nagara dan kubah habib abu bakar lumpangi, kubur enam orang pahlawan di ta’al, makam keramat bagandi, kuburan tumpang talu di parincahan, pertempuran garis demarkasi dan kubur Brigjen H.M. Yusi di karang jawa, pahlawan wanita aluh idut di tinggiran, panglima dambung di padang batung, gerombolan Ibnu hajar, sampai cerita tentang perang kemerdekaan Divisi IV ALRI oleh pejuang-pejuang kandangan yang banyak tersebar di banua amandit yang dipimpin Brigjend H. Hasan Basery di telaga langsat, karang jawa, jambu, ambutun, ambarai, mandapai, padang batung, ni’ih, simpang lima, sungai paring, mawangi, tabihi, durian rabung, munggu raya dan pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Kalimantan 17 Mei di Kandangan. Semuanya adalah salah satu aset budaya dan sejarah bagi Kalimantan Selatan.
BalasHapusTq
BalasHapus