Rabu, 27 November 2013

Adab Mencari Intan di Tanah Banjar

Intan, kata untuk melambangkan gengsi tertinggi bagi para pencinta perhiasan. Bermilyar-milyar rupiah tiap tahunnya uang dibelanjakan orang seluruh dunia untuk memiliki benda satu ini. Di daerah Kalimantan Selatan, Kabupaten Banjar, disinilah intan berada tapi tidak semua orang memiliki kemampuan mendapatkannya. Intan di tanah Banjar adalah hal gaib penuh mistis dan berbagai aturan yang ketat untuk bisa mendapatkannya.
Entah kenapa intan mungkin merupakan satu-satunya hasil bumi tanah Banjar yang tidak bisa dijamah oleh orang asing. Minyak bumi, batu bara, batu besi, emas, dan lainnya bisa saja dengan mudah ditambang, asal dengan alat modern maka hasilnya akan banyak. Tetapi intan tidak semudah itu bisa ‘dijemput’ dari singgasananya di dalam perut bumi.
Pada tahun 1960 – 1970, di Kabupaten Banjar pernah dibuka usaha pertambangan modern dengan pelaksana PT. Aneka Tambang. Lahan garapannya mencapai wilayah 2 kecamatan, sebagaimana pertambangan modern alat yang dipakai adalah alat berat dan mesin-mesin bertenaga raksasa sampai keterlibatan tenaga ahli pertambangan dari luar negeri serta karyawan yang banyak. Tapi hasilnya tidak sebanding dengan modal yang dikucurkan padahal cukup dapat beberapa butir intan saja maka modal pasti balik. Nyatanya selama sepuluh tahun itu tidak pernah mendapatkan hasil memuaskan akhirnya usaha negara ini ditutup dengan kesimpulan wilayahnya tidak layak tambang.
Berbeda dengan masyarakat Banjar yang mendulang disana, dari dulu sampai sekarang mereka masih bisa menemukan beberapa intan dalam setahun cukup untuk membeli rumah dan tanah bahkan beberapa kali pergi haji.  Memang kenyataan yang mengherankan tetapi nyata terjadi, bagi orang pendulangan mencari intan penuh dengan adab-adab yang harus mereka patuhi agar tidak terkena pamali yang mengakibatkan intan lari ke dalam perut bumi. Berikut beberapa aturan pokok yang harus ditaati saat mencari intan di tanah Banjar:
  1. DILARANG, bakacak pinggang (bertolak pinggang), mahambin tangan (jari-jari tangan direkatkan lalu diletakkan di leher seperti bantal), bersiul, dan perbuatan tak senonoh lainnya. Hal ini akan dianggap bentuk kesombongan dan tinggi hati terhadap intan yang akan dijemput.
  2. DILARANG, mengucapkan kata-kata kotor dan ada istilah-istilah tertentu yang harus diganti, misalnya saat menemukan ular di dalam lubang pendulangan maka penyebutannya diganti ‘akar’, kalau bertemu babi hutan maka diganti ‘du-ur’. Saat memasuki lubang pendulangan tidak boleh menyebut kata ‘turun’ meskipun kenyataannya gerakan tersebut turun tetapi harus disebut ‘naik/menaiki’. Ini berhubungan dengan kepercayaan bahwa intan memiliki kekuatan untuk menghindari buruan, istilah ‘naik’ dipakai agar intan mau naik ke permukaan bila intan mendengar kata ‘turun’ maka intan akan kembali masuk Bumi.  Kemudian tidak boleh juga menyebutkan kata ‘jauhkan’ tapi diganti dengan kata parakakan yang berarti tolong dekatkan. Untuk kata ‘makan’ diganti dengan ‘batirak’ atau ‘bamuat’ sebab kata ‘makan’ mengandung pengertian yang sadis seperti binatang memakan binatang lainnya. Hal ini semua dilakukan sebab intan akan menjauhi orang yang berkata tidak sopan.
  3. SAMA SEKALI TIDAK BOLEH menyebut intan dengan sebutan ‘intan’ tetapi HARUS diganti ‘GALUH’ (panggilan kesayangan untuk anak perempuan Banjar). Ini berdasarkan kepercayaan bahwa intan adalah benda yang memiliki kekuatan dan bernyawa sehingga harus mendapat panggilan yang terhormat dan mesra setara dengan sebutan anak kesayangan atau puteri raja. Seringkali ada pendulang yang tidak sengaja menyebut ‘intan’ saat mendapatkan tiba-tiba intan tersebut menghilang atau berganti menjadi batu lain.
  4. TIDAK BOLEH wanita yang sedang haid mendekat di lokasi pendulangan sebab si Galuh sangat membenci orang yang dianggap ‘kotor’ dan selama masih ada wanita yang haid Galuh tidak mau datang.
dulang.jpg
Selain itu ada istilah yang tidak boleh diucapkan yaitu ‘padi/beras/banih’ harus diganti dengan kata ‘biji’, hal ini akibat SUMPAH yang diucapkan intan kepada manusia akibat sakit hatinya intan terhadap perlakuan manusia kepadanya. Konon sumpah ini yang menyebabkan intan di tanah Banjar begitu sulit dicari sampai ke dalam perut Bumi.
Demikian hal tabu yang harus dihindari bagi orang yang ingin mengadu nasib mencari si Galuh di tanah Sultan, tanahnya urang Banjar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar