Dahulu,
disebuah kampung ada sebuah pohon ulin yang sangat besar. Di pohon ini
hidup seekor burung garuda yang sering memakan ternak-ternak milik
penduduk yang berdiam di sana. Lama-kelamaan, ternak milik penduduk
mulai habis, maka akhirnya burung garuda itu menjadikan anak bayi yang
masih di dalam ayunan sebagai santapan makanya. Hal ini tentu saja
sangat meresahkan para penduduk yang ada
di sana. Para pendudukpun mulai berkumpul dan memikirkan bersama-sama
bagaimana caranya agar mereka bisa menyingkirkan burung garuda tersebut
yang semakin menjadi-jadi. Ahirnya para pendudukpun bersepakat untuk
bersama-sama menebang pohon ulin tersebut agar burung garuda itu tidak
lagi bersarang di sana.
Para penduduk berupaya keras agar bisa
menumbangkan pohon ulin yang disarangi oleh burung garuda tersebut.
Berbagai macam peralatan dan carapun mereka dilakukan, tetapi tidak
satupun peralatan penduduk yang mampu menebangnya, bahkan kulit kayunya
saja tidak tergores sedikitpun. Merekapun mulai berputus asa karena
mereka tidak bisa menebang pohon ulin itu. Sampai pada akhirnya ada
seorang tetuha kampung di sana yang berinisiatif untuk mencoba
merobohkan pohon tersebut dengan hanya menggunakan sebilah pisau. Diapun
mulai mengorek-ngorek secara perlahan akar pohon ulin tersebut.
Ajaibnya, apa yang dilakukan oleh tetuha adat untuk menumbangkan pohon
ulin raksasa itu mulai membuahkan hasil. Melihat hal tersebut, para
penduduk yang lain juga mengikuti apa yang dilakukan oleh tetuha kampung
itu. Dan hal yang tidak pernah disangka para penduduk sebelumnya itu
ternyata terjadi. Pohon ulin raksasa yang sangat kuat dan kokoh itupun
bisa dirobohkan bersama dengan burung garuda yang bersarang di atasnya
hanya dengan menggunakan sebuah pisau kecil.
Akhirnya para
penduduk kampung itupun bisa hidup kembali tenang, setelah teror yang
selama ini selalu nenghantui mereka dari burung garuda yang memakan
anak-anak mereka yang masih dalam ayunan sudah tidak ada lagi.
Tempat di mana dulu tumbuh pohon ulin tersebutpun menjadi ramai dan
akhirnya terbentuk pasar yang disebut Pasar Ulin, yang pada akhirnya
daerah tersebut diberi nama Ulin. Sedangkan bekas tumbuh pohon ulin tadi
dibuat sebuah balai yang diberi nama balai Amas. Di mana balai ini
dijadikan para warga untuk berbagai macam aruh atau selamatan untuk
upacara adat.
Adapun letak kampung Ulin ini berada di Kecamatan Simpur, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan.
Sedikit tambahan. Konon menurut cerita, karena saking tingginya pohon
ulin raksasa itu, pucuk dari pohon ini roboh sampai ke daerah Marabahan,
padahal jarak dari kampung tersebut (di daerah Kandangan) sangat jauh
dengan daerah Marabahan. Oleh karena, itu daerah tersebut diberi nama
Marabahan yang berarti tempat “rabah” atau jatuhnya pohon ulin tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar