Wisata Balanting Paring (Bamboo Rafting) dan Lomba Lanting Hias
Maarak Panganten Tahun 2013. Start : Loksado - Pagar Haur (Sabtu, 28
Desember 2013). Finish : Sungai Amandit (Lapangan Lambung Mangkurat,
Kandangan) Minggu, 29 Desember 2013.
Minggu, 29 Desember 2013
Kamis, 19 Desember 2013
CAGAR ALAM GUNUNG KANTAWAN
Cagar
alam Gunung Kantawan terletak di wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Di
kawasan seluas sekitar 245 ha ini, hiduplah aneka jenis flora dan fauna. Cagar
Alam Gunung Kantawan menjadi kawasan konservasi untuk melindungi anggrek hutan, owa-owa
(hyolobatus muelarri), bekantan, dan beberapa jenis burung.
Gunung Kantawan lebih dikenal sebagai lambang
dari kawasan Loksado karena letaknya strategis dan dapat dilihat dari berbagai
penjuru. Gunung ini berupa gunung batu yang ditumbuhi pepohonan di
sekelilingnya. Letak kawasan ini sekitar 28 kilometer dari kota Kandangan, ibukota Kabupaten Hulu Sungai
Selatan. Untuk mencapainya hnaya dapat dilakukan dengan berjalan kaki melewati
Desa Lumpangi, Muara Hatip, dan Datar Belimbing / Hulu Banyu.
Kawasan Loksado memiliki hutan primer
ditumbuhi pepohonan dan kayu-kayu yang beraneka ragam. Jenis pohon yang tumbuh
di wilayah ini seperti meranti, sungkai, ulin, karet, kayu manis, jeis pohon
buah-buahan serta aneka jenis anggrek. Di dalam hutan juga hidup berbgai satwa
seperti : kijang, kancil, macan, beruang, aneka jenis kera, stwa melata dan
jenis burung sepeerti : raja udang, enggang, dan ayam hutan. Disana hidup pula
kupui-kupu dengan aneka warna yang menawan.***
sumber ; http://sketsahss212.blogspot.com/2013/11/ktah-5.html
KISAH LOKSADO
Dahulu Jaman
Kerajaan Banjar ada beberapa Datu, yang tinggal daerah tarbalimbing,
mereka adalah sekumpulan orang orang sangat disegani dan sakti di daerah
tersebut dan pada jaman Raja-Raja saat itu mereka sering melakukan
Perampokan. Karena kesaktiannya tidak ada yang bisa menangkap para Datu
tersebut, akhirnya Raja Banjar berumanat siapa yang bisa mengalahkan Datu
tersebut di beri hadiah, dan konon di daerah tersebut ada yang bernama
Datu Kilat yang menyanggupinya bisa mengalahkan mereka, akhirnya terjadilah
perkelahian Datu Kilat dengan Datu Maangat, Datu Mabamban dan Datu
mambulu, akhirnya Para Datu tersebut dapat dikalahkan oleh datu Kilat, pada
saat ditangkap dan diikat, tidak ada satu senjata, mandau yang melukai kulit
Datu Maangat, Datu Mabamban dan Datu mambulu, akhirnya datu mambulu mengatakan
bahwa mereka hanya bisa dibunuh dengan pisau yang dibawanya namun sebelum
meninggal datu tersebut bersumpah bahwa "samuga sidin nini
bahatara mandangarakan sumpahku anak cucuku dada ada nu jadi parampuk harus
barada di pamarintahan amun ada nang jadi parampuk jadi paramuk sasakali" dan
memang sulit dipercaya tapi sumpah tersebut sampai sekarang masih berlaku .
Anak Datu Malamun beliau mengetahui orang tuanya mati melarikan diri kedaerah
Sampanahan yg sekarang menjadi wilayah kab.Banjar dan beliau bertapa disana,
dan entah kenapa akhir dari pertapaannya lalu beliau dipanggil oleh Raja pada
saat itu dan diangkat menjadi Tumenggung kepala adat di daerah pegunungan
Meratus, lalu beliau Datu Malamun berangkat ke pahuluan sungai hamandit
yakni Haratai yang sekarang terkenal dengan objek wisata air terjunnya. lalu
beliau memiliki 5 (lima) orang putra yang bernama Datu Raya, Datu Tuuk, Datu
Bungsu dan 2 saudara lainnya yang tidk diketahui keberadaannya lalu merekalah
yang membentuk "balai" bernama" TARLIANG" dan pada
saat itu temenggungya adalah Temenggung Malamun.
Pada waktu
itu "Balai tarliang" menjadi pusat adat yang terkenal di hulu sungai
Hamandit dikarenakan beliau yang menjadi tumenggung yang disegani oleh
masyarakat adat waktu itu, sampai terdengar kemakmurannya ke kerajaan banjar,
lalu pada saat itu Raja memerintahkan Laskar untuk meminta Upeti kepada
masyarakat "balai" yang mendiami "TARLIANG" mendengar kabar
tersebut masyarakat berbondong-bondong menyimpan hartanya yang menurut cerita
mulut ke mulut emas sepanjang sumpitan banyaknya, sumpit senjata khas
dayak, piring melawin sepanjang ukuran manusia dewasa tingginya, gong dan
sebagainya harta benda disimpan di tempat tersembunyi bernama "Liang
Bandu" yang sampai sekarang masih diperdebatkan oleh masyarakat setempat
keberadaannya.Pada saat itu Laskar akhirnya sampai ke "balai
Tarliang" namun tidak memperoleh apapun, akhirnya mereka kembali pulang ke
kerajaan Banjar.
Pada suatu waktu ada
acara "aruh" yaitu pesta adat Dayak bersyukur atas hasil panennya
yang melimpah, saat itu diramaikan dengan acara adat "Babansai" yakni
menari yang diiringi musik Gendang, Sarunai, pada kala itu ada seorang wanita
yang baru 3(tiga) hari melahirkan, saking mendengar indahnya suara Serunai yang
dimainkan orang dari Sampanahan yang sekarang termasuk Kab.Banjar, akhirnya dia
ikut menari dengan semangat, pada saat itu Datu ayah dari sidin Pangirak
suaminya yang dikenal sangat berani pada saat itu marah, karena melihat
istrinya menari tanpa ingat waktu, lalu memukul mulut pemain serunai tersebut
sampai berdarah... akhirnya orang tersebut karena kalah lalu pulang ke daerah
asalnya, karena sebuah dendam , lalu di taruhlah oleh orang tersebut yang
bernama minyak "sampun" yakni minyak yang memiliki magis sangat kuat
untuk membunuh setiap orang yang berada dikawasan yang ditaruh minyak tersebut,
setelah di taruh minyak.
sumber ; http://sketsahss212.blogspot.com/2013/11/kisah-loksado.html
Rabu, 11 Desember 2013
KALAYANGAN DANDANG
Kalayangan dandang ni kalayangan yang ganal banar dan ditambah bagian khusus yang bisa mengaluarakan bunyi pas tarabang.
Urang wayahini banyak yang kada katuju dan mau haja kada tahu lawan kalayangan dandang, padahal ini adalah salah satu warisan budaya dari urang tutuha kita. Kalayangan yang ganal lawan pulang bisa babunyi, karena bunyi nya inilah biasanya yang maulah urang katuju. Biasanya kada hagan baramian haja kalayangan dandang ini, biasanya ini dilombaakan, babaikan bunyi, balawasan tarabang dll. Kalo di Hulu Sungai Selatan, urang yang katuju lawan kalayangan dandang ini banyak di daerah kecamatan sungai raya dan kecamatan simpur, makanya rancak di situ tu diadakan lomba kalayangan dandang
————————————–
Layang-Layang Dandang merupakan layang-layang yang besar dan ditambah dengan bagian khusus yang bbisa mengeluarkan suara ketika terbang.
Orang sekarang banyak tidak suka dan bahkan mungkin tidak tahu dengan layang-layang dandang, padahal ini adalah salah satu
warisan budaya nenek moyang kita. Layang-layang yang besar dan bisa bersuara karena suara nya inilah biasanya yang membuat orang suka. Biasanya bukan sekedar untuk hiburan, biasanya layang-layang dandang ini diperlombakan siapa yang paling baik suaranya, yang paling lama terbangnya dll. Kalau di Hulu Sungai Selatan, orang yang suka dengan layang-layang dandang ini banyak di daerah kecamatan sungai raya dan simpur, sehingga sering di daerah sana diadakan lomba layang-layang dandang.
Sebenarnya Kata dandang, diambil dari sebutan alat memasak nasi di daerah Kalimantan Selatan berupa sejenis panci. Zaman dulu, di beberapa daerah layang-layang dimainkan untuk mengusir burung di sawah. Layang-layang paling sederhana terbuat dari helai daun yang diberi kerangka dari bambu dan diikat dengan serat rotan. Untuk Festival Di selenggarakan pada setiap tahun dan pada Musim Kemarau atau lebih tepatnya sehabis panen padi.
Untuk Lebar dandang 4m dan tinggi 12m termasuk buntut dandang, menaikan dandang harus Lebih dari 1 oarang minimal 5 orang.
sumber :: http://avivsyuhada.wordpress.com/2011/12/27/kalayangan-dandang/
Urang wayahini banyak yang kada katuju dan mau haja kada tahu lawan kalayangan dandang, padahal ini adalah salah satu warisan budaya dari urang tutuha kita. Kalayangan yang ganal lawan pulang bisa babunyi, karena bunyi nya inilah biasanya yang maulah urang katuju. Biasanya kada hagan baramian haja kalayangan dandang ini, biasanya ini dilombaakan, babaikan bunyi, balawasan tarabang dll. Kalo di Hulu Sungai Selatan, urang yang katuju lawan kalayangan dandang ini banyak di daerah kecamatan sungai raya dan kecamatan simpur, makanya rancak di situ tu diadakan lomba kalayangan dandang
————————————–
Layang-Layang Dandang merupakan layang-layang yang besar dan ditambah dengan bagian khusus yang bbisa mengeluarkan suara ketika terbang.
Orang sekarang banyak tidak suka dan bahkan mungkin tidak tahu dengan layang-layang dandang, padahal ini adalah salah satu
warisan budaya nenek moyang kita. Layang-layang yang besar dan bisa bersuara karena suara nya inilah biasanya yang membuat orang suka. Biasanya bukan sekedar untuk hiburan, biasanya layang-layang dandang ini diperlombakan siapa yang paling baik suaranya, yang paling lama terbangnya dll. Kalau di Hulu Sungai Selatan, orang yang suka dengan layang-layang dandang ini banyak di daerah kecamatan sungai raya dan simpur, sehingga sering di daerah sana diadakan lomba layang-layang dandang.
Sebenarnya Kata dandang, diambil dari sebutan alat memasak nasi di daerah Kalimantan Selatan berupa sejenis panci. Zaman dulu, di beberapa daerah layang-layang dimainkan untuk mengusir burung di sawah. Layang-layang paling sederhana terbuat dari helai daun yang diberi kerangka dari bambu dan diikat dengan serat rotan. Untuk Festival Di selenggarakan pada setiap tahun dan pada Musim Kemarau atau lebih tepatnya sehabis panen padi.
Untuk Lebar dandang 4m dan tinggi 12m termasuk buntut dandang, menaikan dandang harus Lebih dari 1 oarang minimal 5 orang.
sumber :: http://avivsyuhada.wordpress.com/2011/12/27/kalayangan-dandang/
KANDANGAN CING AE !!!!!!!
Istilah “Kandangan Cing-ai” sendiri agaknya sulit dilacak dari mana,
oleh siapa dan sejak kapan digunakan. Slogan ini barangkali hanya
sebagai ungkapan gagah-gagahan untuk manggaratap orang lain di masa
lalu. Kebiasaan itu diwariskan secara oral dari generasi ke generasi
dalam masyarakat urang Kandangan. Namun ungkapan tersebut belakangan
seperti tak punya “taring” lagi di kalangan masyarakat Kandangan
sendiri. Bahkan jika ada orang yang melontarkan ungkapan tersebut justru
terdengar mambari supan karena cenderung menampilkan profil urang
Kandangan yang primitif, udik dan kampungan. Mereka yang masih bangga
menyuarakan ungkapan “Kandangan Cing-ai” harus mereduksi kembali kadar
intelektualitas dan spritualitasnya. Mambari supan tahulah, Dangsanak!
Upaya dalam kaitannya untuk menghapuskan image “seram” dan “primitif” tentang Kandangan, lebih khusus mengenai ungkapan “Kandangan Cing-ai” itu sudah lama dan banyak dilakukan oleh berbagai pihak dari waktu ke waktu, baik dari kalangan pemuka agama, tokoh masyarakat, unsur pemuda, hingga oleh pihak pemerintah daerah. Upaya tersebut juga dibuktikan dengan tampilnya putra-putra terbaik Kandangan di tingkat daerah maupun nasional sebagai birokrat, politikus, akademisi, agamawan, budayawan, seniman dan olahragawan. Di Kandangan, juga teduh dengan suasana keberagamaan dan kebersamaan, meskipun dalam beberapa hal masih dalam ranah simbolisme dan formalisme. Di Kandangan pula, melalui observasi pribadi dan riset tidak resmi yang penulis lakukan, gadis-gadisnya terkenal cantik-cantik dan ranum-ranum, senantiasa menguarkan semerbak masa muda remaja masa kini. Akayaaah…
Trauma intimidasi sebagai daerah eks jajahan di masa lampau, menyebabkan kultur urang Kandangan menjadi korban pembekuan selama beberapa dasawarsa di bumi Antaludin itu. Tetapi sekarang, dengan berkembangnya budaya-budaya baru dalam dunia pergaulan, pendidikan, ekonomi dan informasi, kita harapkan pembekuan itu segera “mencair” ke arah yang positif. Karena kita semua tahu, bahwa budaya kultural urang Kandangan yang berusia ratusan tahun itu sebenarnya tak tersangkut, bahkan kontradiktif, dengan lembaran hitam dalam sejarah kita sebagai manusia.
Dalam konteks kekinian, sikap dan jiwa “pemberontak” urang Kandangan terhadap ekspansi kaum penjajah di masa lalu kepada masyarakat di daerah ini mesti tetap kita lestarikan dan budayakan. Sekarang kita mesti “angkat senjata” terhadap segala bentuk tindak kesewenang-wenangan yang dilakukan setiap “penjajah” yang mencoba memperkosa hak-hak rakyat dhu’afa di daerah ini, termasuk para pemangku birokrat daerah ini yang doyan menggerogoti dan mambantas duit rakyat dengan semena-mena. Pun bagi para politikus busuk yang saat ini lagi obral janji demi merampas hak-hak dan menginjak-injak harkat serta harga diri kita sebagai urang Kandangan yang punya martabat. Kandangan Cing-ai!
Apalagi dalam suasana demokratisasi saat ini, kita mesti memegang kukuh semangat kebersamaan sebagai warga urang Kandangan yang bermartabat itu. Tetapi, seperti kata budayawan Burhanuddin Seobely, citra kebersamaan tidaklah sesempit unggut-unggut tarus nang kaya bilatuk manabuk sarang. Kebersamaan tidaklah menafikan kritik. Kebersamaan tidaklah mengharamkan teguran. Kebersamaan tidaklah meminggirkan pendapat orang lain atau merasa ampun saurang haja nang pambujurnya, apalagi rasnang nang kaya mandur Ulanda. Kebersamaan adalah juga keterbukaan dalam memberi dan menerima. Ketulusan tagur-managur atawa ingat-maingati kayuhan jukung ampah manumbuk ambul.
“Kandangan Cing-ai!” Mendengar kata itu memang tidak selamanya tubuh kita merasa panas. Tetapi seperti ada yang tiba-tiba terbakar! []
Aliman Syahrani
urang Kandangan
sumber :: http://kucapa.blogspot.com/2010/06/kandangan-cing-ai.html
Upaya dalam kaitannya untuk menghapuskan image “seram” dan “primitif” tentang Kandangan, lebih khusus mengenai ungkapan “Kandangan Cing-ai” itu sudah lama dan banyak dilakukan oleh berbagai pihak dari waktu ke waktu, baik dari kalangan pemuka agama, tokoh masyarakat, unsur pemuda, hingga oleh pihak pemerintah daerah. Upaya tersebut juga dibuktikan dengan tampilnya putra-putra terbaik Kandangan di tingkat daerah maupun nasional sebagai birokrat, politikus, akademisi, agamawan, budayawan, seniman dan olahragawan. Di Kandangan, juga teduh dengan suasana keberagamaan dan kebersamaan, meskipun dalam beberapa hal masih dalam ranah simbolisme dan formalisme. Di Kandangan pula, melalui observasi pribadi dan riset tidak resmi yang penulis lakukan, gadis-gadisnya terkenal cantik-cantik dan ranum-ranum, senantiasa menguarkan semerbak masa muda remaja masa kini. Akayaaah…
Trauma intimidasi sebagai daerah eks jajahan di masa lampau, menyebabkan kultur urang Kandangan menjadi korban pembekuan selama beberapa dasawarsa di bumi Antaludin itu. Tetapi sekarang, dengan berkembangnya budaya-budaya baru dalam dunia pergaulan, pendidikan, ekonomi dan informasi, kita harapkan pembekuan itu segera “mencair” ke arah yang positif. Karena kita semua tahu, bahwa budaya kultural urang Kandangan yang berusia ratusan tahun itu sebenarnya tak tersangkut, bahkan kontradiktif, dengan lembaran hitam dalam sejarah kita sebagai manusia.
Dalam konteks kekinian, sikap dan jiwa “pemberontak” urang Kandangan terhadap ekspansi kaum penjajah di masa lalu kepada masyarakat di daerah ini mesti tetap kita lestarikan dan budayakan. Sekarang kita mesti “angkat senjata” terhadap segala bentuk tindak kesewenang-wenangan yang dilakukan setiap “penjajah” yang mencoba memperkosa hak-hak rakyat dhu’afa di daerah ini, termasuk para pemangku birokrat daerah ini yang doyan menggerogoti dan mambantas duit rakyat dengan semena-mena. Pun bagi para politikus busuk yang saat ini lagi obral janji demi merampas hak-hak dan menginjak-injak harkat serta harga diri kita sebagai urang Kandangan yang punya martabat. Kandangan Cing-ai!
Apalagi dalam suasana demokratisasi saat ini, kita mesti memegang kukuh semangat kebersamaan sebagai warga urang Kandangan yang bermartabat itu. Tetapi, seperti kata budayawan Burhanuddin Seobely, citra kebersamaan tidaklah sesempit unggut-unggut tarus nang kaya bilatuk manabuk sarang. Kebersamaan tidaklah menafikan kritik. Kebersamaan tidaklah mengharamkan teguran. Kebersamaan tidaklah meminggirkan pendapat orang lain atau merasa ampun saurang haja nang pambujurnya, apalagi rasnang nang kaya mandur Ulanda. Kebersamaan adalah juga keterbukaan dalam memberi dan menerima. Ketulusan tagur-managur atawa ingat-maingati kayuhan jukung ampah manumbuk ambul.
“Kandangan Cing-ai!” Mendengar kata itu memang tidak selamanya tubuh kita merasa panas. Tetapi seperti ada yang tiba-tiba terbakar! []
Aliman Syahrani
urang Kandangan
sumber :: http://kucapa.blogspot.com/2010/06/kandangan-cing-ai.html
TAHULAH PIAN ?
1. Tahukah kalian bahwa nama Barito, Kandangan dan Tabalong di propinsi
Kalimantan Selatan sudah ada di dalam kitab Negarakertagama karangan Mpu
Prapanca pada tahun 1365 M.
2. Kenapa Kandangan di sebut Bumi Antaluddin ? Karena Antaluddin diambil dari nama seorang tokoh pahlawan dalam perang madang untuk mempertahankan benteng di gunung madang Kandangan pada tahun 1860 M.
3. Wisata alam Loksado dan kolam pemandian air panas Tanuhi adalah tempat rekreasi yang sangat sering dikunjungi masyarakat Kandangan dan sekitarnya.
4. Tahukah kalian di lapangan tenis Tumpang Talu di Kandangan dulunya adalah tempat pemakaman orang Belanda dan orang Cina.
5. Kuliner Kota Kandangan yang sangat sayang kalau dilewatkan ketika anda berkunjung ke Kandangan adalah Ketupat Kandangan, Dodol Kandangan dan Lamang Kandangan.
6. Tahukah kalian kalau makan Ketupat Kandangan di Kota Kandangannya sendiri sudah jadi tradisi turun temurun ketika memakannya langsung di remas-remas pakai tangan tanpa menggunakan sendok.
7. Saya sangat senang untuk Wikipedia Indonesia, karena Dodol Kandangan di jadikan salah satu dari berbagai macam dodol di Indonesia yang mempunyai ciri khas tersendiri.
8. Mau tahu kelebihan Lamang Kandangan? Lamang Kandangan bisa bertelur di dalamnya.Maksudnya Lamang Kandangan ada ciri khas tersendiri dengan ada telor asin di dalamnya, juga rasa lemak lamangnya yang lain dari yang lain.
9. Selain di Jawa dengan Karto Soewiryo, Sumatera dengan Daud Bereuh dan Sulawesi dengan Kahar Muzakarnya, di Kandangan Kalimantan Selatan juga pernah terjadi peristiwa Gerakan Darul Islam atau DI/TII untuk mendirikan Negara Islam.Di Kandangan Pasukan DI/TII itu dikenal masyarakat dengan Gerombolan Pemberontak Ibnu Hajar,yang di pimpin oleh Ibnu Hajar atau Angli yang berasal dari Ambutun, Kandangan.
10. Apakah kalian pernah memperhatikan di tiap Kota di Kalimantan Selatan ini ada memiliki patung-patung, dan di Kota Kandangan sendiri ada patung tentara(sepengetahuan saya patung di tiap-tiap kota itu punya makna tersendiri akan kotanya).
11. Mungkin belum banyak yang tahu bahwa Pahlawan Nasional Kedua Kalimantan Selatan setelah Pangeran Antasari yang di akui Pemerintah Indonesia adalah Brigjen H. Hasan Basry sebagai Bapak Gerilya Kalimantan.Dan beliau sendiri adalah orang Padang Batung, Kandangan yang dimakamkan di bundaran Liang Anggang,Banjarbaru.
12. Itulah kenapa seharusnya generasi muda di Kandangan bisa meneladani beliau dengan semangat perjuangannya memerdekakan Kalimantan Selatan,kita boleh bangga karena tiap jalan di Kota-kota di Kalimantan Selatan selalu menggunakan Nama beliau,contohnya Jl.Brigjen H. Hasan Basry di kayu tangi, Banjarmasin dll.
13. Tapi tahukah kalian bahwa Markas Yonif Tentara 621 Manuntung di Kandangan itu dulunya adalah sebuah benteng yang penuh dengan sejarah tentang perjuangan Rakyat Kandangan melawan penjajah Belanda, dan dikenal dengan Benteng Hamawang.
14. Bersyukurlah warga Kandangan karena jasa-jasa Dak'wah tanpa pamrih Datu Taniran, Datu Balimau dan Para Habaib yang dikuburkan di Lumpangi, sehingga menjadikan Islam Mayoritas Di Kota Kandangan.
15. Tahukah kalian arti dari nama asrama Kandangan dimana kawan-kawan kita yang menuntut ilmu mendiaminya seperti asrama Amuk Hantarukung, asrama Rakat Mufakat atau asrama Bukhari.
16. Amuk Hantarukung adalah sebuah peristiwa bersejarah di Kandangan, dimana Bukhari seorang pahlawan di desa Hantarukung mengadakan pemberontakan secara membabi buta terhadap Belanda yang lebih dikenal dengan Perang Amuk Hantarukung 19 September 1899.
17. Masyarakat Kandangan harus di ingatkan kembali bahwa Kuburan Tumpang Talu di Parincahan itu adalah makam para pahlawan dalam perang Amuk Hantarukung, kenapa namanya Tumpang Talu, karena orang yang di makamkan di situ adalah tiga orang yaitu Bukhari, Santar dan Matamin.
18. Selain Tumpang Talu ada juga makam pahlawan yang jarang di ingat orang di Kandangan yaitu makam Datu Ning Bulang di Durian Tilai, makam Aluh Idut di tinggiran dan makam Datu singakarsa di pandai, Kandangan.
19. Kandangan adalah Kabupaten tertua di Kalimantan Selatan, karena Kandangan adalah kota dimana diproklamirkan atau dibacakannya Teks Kemerdekaan Wilayah Kalimantan dari Penjajah Belanda oleh Tentara ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan pada tanggal 17 Mei 1949 yang dipimpin oleh Brigjen H. Hasan Basry di desa Ni'ih.Dan Monumen 17 Mei itu terletak di desa Mandapai Kandangan.
20. Mesjid Ba'angkat (Mesjid Su'ada) di Wasah Kandangan adalah mesjid peninggalan salah seorang zuriat Syekh Maulana H. Muhammad Arsyad Al Banjari ( Datu Kalampayan ) yaitu Al Allamah Syekh H Abbas.Dan anda bisa melihatnya langsung ketika Adzan Maghrib di antv setiap harinya.
21. Dengan berendam dan merasakan hangatnya air panas Tanuhi yang masih alami merupakan pilihan yang tepat untuk menghilangkan rasa penat dan mengembalikan kebugaran tubuh anda setelah beraktifitas.
22. Arung Jeram Balanting Paring (Bambo Rafting) dengan menyusuri sungai Amandit mungkin bisa juga jadi alternatif lain untuk anda yang menyukai tantangan menaikkan adrenalin jiwa petualangan.
23. Untuk yang suka melihat air terjun di Loksado juga terdapat air terjun Haratai, air terjun Uring, air terjun Tinggiran Hayam dan air terjun Ba’angin.
24. Di Loksado juga terdapat Hutan Raya Kadayang yang akan menyuguhkan kepada anda panorama alam yang sangat indah seluas mata memandang.
25. Nikmati juga Gunung Kantawan yang sangat mempesona bila di pandang dari sudut manapun selama anda melakukan perjalanan menuju Loksado.
26. Penduduk Loksado terdiri dari penduduk asli (Etnis Dayak Bukit) dan Etnis Banjar yang telah lama menetap di sana.
27. Etnis Bukit yang masih beragama Kaharingan biasanya tinggal dalam Balai, yaitu rumah panggung yang besar yang di diami oleh beberapa Kepala Keluarga, seperti Balai Malaris, Balai Kamiri, Balai Haratai, Balai Kacang Parang dll.
28. Upacara-upacara adat biasanya dilaksanakan 3x dalam setahun, yaitu berupa upacara ritual untuk memohon keberuntungan atau sebagai rasa puji syukur menurut kepercayaan Kaharingan yang mereka anut.
29. Upacara Adat Suku Dayak Loksado yang paling meriah adalah upacara sehabis panen yang di sebut dengan Aruh Ganal atau Bawanang , dan merupakan salah satu Kalender Wisata Kalimantan Selatan.
30. Menginap dalam balai sambil mengamati tata cara kehidupan mereka (Etnis Bukit) adalah sebuah pengalaman yang mengesankan dalam hidup anda.
31. Untuk tempat bermalam yang lain Pemerintah Hulu Sungai Selatan sudah menyediakan Cottage di Pemandian Air Panas Tanuhi.
32. Aruh Basambu, Aruh Bawanang Lalaya dan Aruh Bawanang Banih Halin merupakan warisan tradisi Suku Dayak Meratus sebagai tanda ikatan emosional dan rasa syukur pada Alam.
33. Aruh Adat Suku Dayak Meratus diiringi dengan berbagai tarian seperti Batandik Balian, Kanjar dan Bangsai.
34. Aruh Ganal juga dilengkapi peralatan seperti Gelang Hiang, Serunai, Kapur, Manyan,Kambang Lilihi dan berbagai macam sesaji.
35. Tari Kurung-kurung adalah Tarian khas Suku Dayak di Loksado yang keberadaannya harus terus dilestarikan.
36. Di Gunung Batu Bini desa Batu Bini Kandangan terdapat goa Kelelawar yang banyak di hiasi oleh stalakmit dan stalaktit yang sangat indah, dan juga terdapat beberapa buah patung binatang dan relief-releif tentang legenda seorang anak yang durhaka terhadap ibunya.
37. Di Gunung Batu Laki desa Malutu Kandangan juga terdapat goa Berangin dimana angin berhembus dari mulut goa yang didalamnya di hiasi ornamen-ornamen yang eksotik, di bawahnya terdapat kurungan yang konon penghuninya adalah ikan yang sangat besar yaitu Ikan Tapah.
38. Di desa Telaga Langsat Kandangan juga terdapat Goa Mandala yang tidak kalah cantik dengan Goa Kelelawar di batu bini dan Goa Berangin di batu laki.
39. Desa Bamban di Kandangan juga memiliki cemilan yang khas yaitu Kerupuk Bamban,di tambah grup musik unik yang sekarang makin jarang dimainkan yaitu Orkes Bamban.
40. Di Hamalau Kandangan ada sebuah desa bernama Telaga Bidadari, dimana di sini terdapat sumur atau pemandian yang di percaya masyarakatnya pernah turun 7 orang Bidadari untuk mandi.
41. Di Lukloa Kandangan juga terdapat teluk di bawah jembatan yang di aliri Sungai Amandit, dimana terdapat kisah masyarakat Si Rintik dan Si Ribut yaitu kisah tentang Naga Merah dan Naga Putih yang saling bertarung dengan nama Datu Ningkurungan.
42. Di kampung Ulin Kandangan juga terdapat legenda dimana dulunya di situ terdapat pohon Ulin yang sangat besar dan tinggi,dan hanya dapat dirobohkan oleh satu orang yang bernama Datu Ulin.
43. Selain cerita tentang Datu Ulin, juga dapat kita temui di Desa Ulin yaitu Balai Amas yang isinya Batu Beranak,dimana menurut masyarakatnya batu tersebut terus bertambah banyak dengan sendirinya.
45. Di desa Hamawang juga terdapat cerita masyarakat tentang Datu Hamawang atau Datu Bungkul (karena selalu membawa Parang Bungkul) , setiap tahun para keturunannya selalu mengadakan haulan secara besar-besaran termasuk Ir H. M. Said (Mantan Gubernur KALSEL). Dengan mengenang jasa beliau sebagai pejuang dan pendiri Mesjid Quba di desa Hamawang.
46. Untuk orang yang ingin membuat Pedang, Parang, Mandau, Samurai atau Alat-alat Besi yang lainnya bisa langsung datang ke Desa Sungai Pinang di Nagara, dan Untuk kerajinan membuat Sarung (Kumpang) dan Hulunya bisa langsung datang ke Desa Sarang Halang Kandangan.
47. Rakat Mufakat adalah Kalimat yang ada pada lambang daerah Hulu Sungai Selatan.
48. Kalimat Kandangan Cing ai selalu di identikkan bahwa yang bersangkutan berasal dari Kandangan, walaupun terkadang makna dari kalimat tersebut berkonotasi negatif yaitu bahwa orang tersebut Jagau (Jago).
49. Tahukah kalian bahwa Dodol Kandangan sudah masuk rekor MURI pada Ulang Tahun Kota Kandangan ke 58 pada tahun 2008 sebagai Dodol Terpanjang yang pernah dibuat di Indonesia.
50. Sedangkan pada perayaan Ulang Tahun Kota Kandangan yang ke 59 pada Tahun 2009 kemarin yang disuguhkan adalah Lemang yang sangat panjang yang diletakkan di lapangan Lambung Mangkurat Kandangan.
Demikian Informasi di seputar Kota Kandangan, paling tidak ini bisa menambah sedikit pengetahuan kepada kita dan mengingatkan kembali akan sejarah Kota Kandangan yang terus berkembang.
sumber :: http://kamalkandangan.blogspot.com/
2. Kenapa Kandangan di sebut Bumi Antaluddin ? Karena Antaluddin diambil dari nama seorang tokoh pahlawan dalam perang madang untuk mempertahankan benteng di gunung madang Kandangan pada tahun 1860 M.
3. Wisata alam Loksado dan kolam pemandian air panas Tanuhi adalah tempat rekreasi yang sangat sering dikunjungi masyarakat Kandangan dan sekitarnya.
4. Tahukah kalian di lapangan tenis Tumpang Talu di Kandangan dulunya adalah tempat pemakaman orang Belanda dan orang Cina.
5. Kuliner Kota Kandangan yang sangat sayang kalau dilewatkan ketika anda berkunjung ke Kandangan adalah Ketupat Kandangan, Dodol Kandangan dan Lamang Kandangan.
6. Tahukah kalian kalau makan Ketupat Kandangan di Kota Kandangannya sendiri sudah jadi tradisi turun temurun ketika memakannya langsung di remas-remas pakai tangan tanpa menggunakan sendok.
7. Saya sangat senang untuk Wikipedia Indonesia, karena Dodol Kandangan di jadikan salah satu dari berbagai macam dodol di Indonesia yang mempunyai ciri khas tersendiri.
8. Mau tahu kelebihan Lamang Kandangan? Lamang Kandangan bisa bertelur di dalamnya.Maksudnya Lamang Kandangan ada ciri khas tersendiri dengan ada telor asin di dalamnya, juga rasa lemak lamangnya yang lain dari yang lain.
9. Selain di Jawa dengan Karto Soewiryo, Sumatera dengan Daud Bereuh dan Sulawesi dengan Kahar Muzakarnya, di Kandangan Kalimantan Selatan juga pernah terjadi peristiwa Gerakan Darul Islam atau DI/TII untuk mendirikan Negara Islam.Di Kandangan Pasukan DI/TII itu dikenal masyarakat dengan Gerombolan Pemberontak Ibnu Hajar,yang di pimpin oleh Ibnu Hajar atau Angli yang berasal dari Ambutun, Kandangan.
10. Apakah kalian pernah memperhatikan di tiap Kota di Kalimantan Selatan ini ada memiliki patung-patung, dan di Kota Kandangan sendiri ada patung tentara(sepengetahuan saya patung di tiap-tiap kota itu punya makna tersendiri akan kotanya).
11. Mungkin belum banyak yang tahu bahwa Pahlawan Nasional Kedua Kalimantan Selatan setelah Pangeran Antasari yang di akui Pemerintah Indonesia adalah Brigjen H. Hasan Basry sebagai Bapak Gerilya Kalimantan.Dan beliau sendiri adalah orang Padang Batung, Kandangan yang dimakamkan di bundaran Liang Anggang,Banjarbaru.
12. Itulah kenapa seharusnya generasi muda di Kandangan bisa meneladani beliau dengan semangat perjuangannya memerdekakan Kalimantan Selatan,kita boleh bangga karena tiap jalan di Kota-kota di Kalimantan Selatan selalu menggunakan Nama beliau,contohnya Jl.Brigjen H. Hasan Basry di kayu tangi, Banjarmasin dll.
13. Tapi tahukah kalian bahwa Markas Yonif Tentara 621 Manuntung di Kandangan itu dulunya adalah sebuah benteng yang penuh dengan sejarah tentang perjuangan Rakyat Kandangan melawan penjajah Belanda, dan dikenal dengan Benteng Hamawang.
14. Bersyukurlah warga Kandangan karena jasa-jasa Dak'wah tanpa pamrih Datu Taniran, Datu Balimau dan Para Habaib yang dikuburkan di Lumpangi, sehingga menjadikan Islam Mayoritas Di Kota Kandangan.
15. Tahukah kalian arti dari nama asrama Kandangan dimana kawan-kawan kita yang menuntut ilmu mendiaminya seperti asrama Amuk Hantarukung, asrama Rakat Mufakat atau asrama Bukhari.
16. Amuk Hantarukung adalah sebuah peristiwa bersejarah di Kandangan, dimana Bukhari seorang pahlawan di desa Hantarukung mengadakan pemberontakan secara membabi buta terhadap Belanda yang lebih dikenal dengan Perang Amuk Hantarukung 19 September 1899.
17. Masyarakat Kandangan harus di ingatkan kembali bahwa Kuburan Tumpang Talu di Parincahan itu adalah makam para pahlawan dalam perang Amuk Hantarukung, kenapa namanya Tumpang Talu, karena orang yang di makamkan di situ adalah tiga orang yaitu Bukhari, Santar dan Matamin.
18. Selain Tumpang Talu ada juga makam pahlawan yang jarang di ingat orang di Kandangan yaitu makam Datu Ning Bulang di Durian Tilai, makam Aluh Idut di tinggiran dan makam Datu singakarsa di pandai, Kandangan.
19. Kandangan adalah Kabupaten tertua di Kalimantan Selatan, karena Kandangan adalah kota dimana diproklamirkan atau dibacakannya Teks Kemerdekaan Wilayah Kalimantan dari Penjajah Belanda oleh Tentara ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan pada tanggal 17 Mei 1949 yang dipimpin oleh Brigjen H. Hasan Basry di desa Ni'ih.Dan Monumen 17 Mei itu terletak di desa Mandapai Kandangan.
20. Mesjid Ba'angkat (Mesjid Su'ada) di Wasah Kandangan adalah mesjid peninggalan salah seorang zuriat Syekh Maulana H. Muhammad Arsyad Al Banjari ( Datu Kalampayan ) yaitu Al Allamah Syekh H Abbas.Dan anda bisa melihatnya langsung ketika Adzan Maghrib di antv setiap harinya.
21. Dengan berendam dan merasakan hangatnya air panas Tanuhi yang masih alami merupakan pilihan yang tepat untuk menghilangkan rasa penat dan mengembalikan kebugaran tubuh anda setelah beraktifitas.
22. Arung Jeram Balanting Paring (Bambo Rafting) dengan menyusuri sungai Amandit mungkin bisa juga jadi alternatif lain untuk anda yang menyukai tantangan menaikkan adrenalin jiwa petualangan.
23. Untuk yang suka melihat air terjun di Loksado juga terdapat air terjun Haratai, air terjun Uring, air terjun Tinggiran Hayam dan air terjun Ba’angin.
24. Di Loksado juga terdapat Hutan Raya Kadayang yang akan menyuguhkan kepada anda panorama alam yang sangat indah seluas mata memandang.
25. Nikmati juga Gunung Kantawan yang sangat mempesona bila di pandang dari sudut manapun selama anda melakukan perjalanan menuju Loksado.
26. Penduduk Loksado terdiri dari penduduk asli (Etnis Dayak Bukit) dan Etnis Banjar yang telah lama menetap di sana.
27. Etnis Bukit yang masih beragama Kaharingan biasanya tinggal dalam Balai, yaitu rumah panggung yang besar yang di diami oleh beberapa Kepala Keluarga, seperti Balai Malaris, Balai Kamiri, Balai Haratai, Balai Kacang Parang dll.
28. Upacara-upacara adat biasanya dilaksanakan 3x dalam setahun, yaitu berupa upacara ritual untuk memohon keberuntungan atau sebagai rasa puji syukur menurut kepercayaan Kaharingan yang mereka anut.
29. Upacara Adat Suku Dayak Loksado yang paling meriah adalah upacara sehabis panen yang di sebut dengan Aruh Ganal atau Bawanang , dan merupakan salah satu Kalender Wisata Kalimantan Selatan.
30. Menginap dalam balai sambil mengamati tata cara kehidupan mereka (Etnis Bukit) adalah sebuah pengalaman yang mengesankan dalam hidup anda.
31. Untuk tempat bermalam yang lain Pemerintah Hulu Sungai Selatan sudah menyediakan Cottage di Pemandian Air Panas Tanuhi.
32. Aruh Basambu, Aruh Bawanang Lalaya dan Aruh Bawanang Banih Halin merupakan warisan tradisi Suku Dayak Meratus sebagai tanda ikatan emosional dan rasa syukur pada Alam.
33. Aruh Adat Suku Dayak Meratus diiringi dengan berbagai tarian seperti Batandik Balian, Kanjar dan Bangsai.
34. Aruh Ganal juga dilengkapi peralatan seperti Gelang Hiang, Serunai, Kapur, Manyan,Kambang Lilihi dan berbagai macam sesaji.
35. Tari Kurung-kurung adalah Tarian khas Suku Dayak di Loksado yang keberadaannya harus terus dilestarikan.
36. Di Gunung Batu Bini desa Batu Bini Kandangan terdapat goa Kelelawar yang banyak di hiasi oleh stalakmit dan stalaktit yang sangat indah, dan juga terdapat beberapa buah patung binatang dan relief-releif tentang legenda seorang anak yang durhaka terhadap ibunya.
37. Di Gunung Batu Laki desa Malutu Kandangan juga terdapat goa Berangin dimana angin berhembus dari mulut goa yang didalamnya di hiasi ornamen-ornamen yang eksotik, di bawahnya terdapat kurungan yang konon penghuninya adalah ikan yang sangat besar yaitu Ikan Tapah.
38. Di desa Telaga Langsat Kandangan juga terdapat Goa Mandala yang tidak kalah cantik dengan Goa Kelelawar di batu bini dan Goa Berangin di batu laki.
39. Desa Bamban di Kandangan juga memiliki cemilan yang khas yaitu Kerupuk Bamban,di tambah grup musik unik yang sekarang makin jarang dimainkan yaitu Orkes Bamban.
40. Di Hamalau Kandangan ada sebuah desa bernama Telaga Bidadari, dimana di sini terdapat sumur atau pemandian yang di percaya masyarakatnya pernah turun 7 orang Bidadari untuk mandi.
41. Di Lukloa Kandangan juga terdapat teluk di bawah jembatan yang di aliri Sungai Amandit, dimana terdapat kisah masyarakat Si Rintik dan Si Ribut yaitu kisah tentang Naga Merah dan Naga Putih yang saling bertarung dengan nama Datu Ningkurungan.
42. Di kampung Ulin Kandangan juga terdapat legenda dimana dulunya di situ terdapat pohon Ulin yang sangat besar dan tinggi,dan hanya dapat dirobohkan oleh satu orang yang bernama Datu Ulin.
43. Selain cerita tentang Datu Ulin, juga dapat kita temui di Desa Ulin yaitu Balai Amas yang isinya Batu Beranak,dimana menurut masyarakatnya batu tersebut terus bertambah banyak dengan sendirinya.
45. Di desa Hamawang juga terdapat cerita masyarakat tentang Datu Hamawang atau Datu Bungkul (karena selalu membawa Parang Bungkul) , setiap tahun para keturunannya selalu mengadakan haulan secara besar-besaran termasuk Ir H. M. Said (Mantan Gubernur KALSEL). Dengan mengenang jasa beliau sebagai pejuang dan pendiri Mesjid Quba di desa Hamawang.
46. Untuk orang yang ingin membuat Pedang, Parang, Mandau, Samurai atau Alat-alat Besi yang lainnya bisa langsung datang ke Desa Sungai Pinang di Nagara, dan Untuk kerajinan membuat Sarung (Kumpang) dan Hulunya bisa langsung datang ke Desa Sarang Halang Kandangan.
47. Rakat Mufakat adalah Kalimat yang ada pada lambang daerah Hulu Sungai Selatan.
48. Kalimat Kandangan Cing ai selalu di identikkan bahwa yang bersangkutan berasal dari Kandangan, walaupun terkadang makna dari kalimat tersebut berkonotasi negatif yaitu bahwa orang tersebut Jagau (Jago).
49. Tahukah kalian bahwa Dodol Kandangan sudah masuk rekor MURI pada Ulang Tahun Kota Kandangan ke 58 pada tahun 2008 sebagai Dodol Terpanjang yang pernah dibuat di Indonesia.
50. Sedangkan pada perayaan Ulang Tahun Kota Kandangan yang ke 59 pada Tahun 2009 kemarin yang disuguhkan adalah Lemang yang sangat panjang yang diletakkan di lapangan Lambung Mangkurat Kandangan.
Demikian Informasi di seputar Kota Kandangan, paling tidak ini bisa menambah sedikit pengetahuan kepada kita dan mengingatkan kembali akan sejarah Kota Kandangan yang terus berkembang.
sumber :: http://kamalkandangan.blogspot.com/
Langganan:
Postingan (Atom)